PJB dan Visi Perusahaan Pembangkit Kelas Dunia

PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB) yang berdiri semenjak 1995 mempunyai visi menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik yang berkualitas tinggi, kuat, bisa dihandalkan dan ramah lingkungan. Karena itu, PT PJB jalankan beberapa program kenaikan serta perawatan kualitas, diantaranya ialah program Continuous Improvement (CI).

Persistensi serta konsistensi PJB dalam jalankan CI bawa mereka jadi juara ganda di tempat pertandingan Best Improvement Proyek dalam Indonesia Operational Excellence Conference & Award 2012 (Opexcon12), untuk unit pembangkitan Gresik serta Paiton. Baca interviu dengan Trilaksito Sunu, Direktur SDM & Administrasi PT PJB tentang penerapan cara CI di organisasinya.
Latar Belakang serta Faktor Continuous Improvement di PJB
Menurut Trilaksito Sunu, makin ketatnya kompetisi di industri pembangkit listrik sudah menggerakkan PJB untuk mengambil serta mengintensifkan program-progam CI di perusahaan. Pria yang dekat dipanggil Toni ini memperjelas,  dengan program CI, PJB dapat mendatangkan value yang besar hingga dapat tetap pimpin kompetisi.

Dalam merealisasikan visi jadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terpenting dengan standard kelas dunia, PJB jalankan misi diantaranya :

Menghasilkan tenaga listrik yang andal serta berkapasitas saing.
Tingkatkan performa dengan cara berkepanjangan lewat penerapan tata atur pembangkitan serta kolaborasi business mitra dengan cara best practise serta ramah lingkungan.
Meningkatkan kemampuan serta kompetensi SDM yang memiliki kapabilitas teknik serta manajerial yang unggul dan berpikiran usaha.
"Visi PJB ialah jadi perusahaan pembangkit di Indonesia yang terpenting, dengan standard kelas dunia, " papar Toni. "Berikut yang menggerakkan manajemen untuk melakukan program Continuous Improvement lebih persisten."


Toni yang bertanggungjawab penuh dalam taktik peningkatan sdm di PT PJB mengatakan, ide serta filosofi CI berlaku di tiap faktor di perusahaan. Mulai proses dari kerja, skema manajemen, sampai proses usaha. Improvement pada skema manajemen dilaksanakan dengan penerapan skema serta standard kerja yang mempunyai tujuan untuk memberikan dukungan performa organisasi. Sedang improvement dalam proses usaha serta mekanisme dilaksanakan dengan cara Maturity Level.

Salah satunya alat CI yang dipakai di PJB, menurut Toni, ialah FMEA, yang disebut salah satunya perkakas penting dalam cara Lean Six Sigma. Salah satunya ruang aplikasinya ialah pada suplai chain untuk pastikan performa serta keunggulan pembangkit listrik. Salah satunya project improvement di PJB ialah "Penghematan Mengonsumsi Batubara" di Unit Paiton, yang sukses memotong ongkos sebesar 44, 94 miliar rupiah pertahun. Project ini memenangi penghargaan Gold Achievement dalam Best Improvement Proyek Competition di tempat Opexcon12 untuk kelompok Pertambangan serta Energi. Project yang lain yang memenangi penghargaan Silver Achievement ialah "Turunkan Net Plant Heat Rate di Unit 1" di unit Gresik yang memberi penghematan ongkos sebesar 37 miliar rupiah pertahun.

Rintangan Ide Improvement
Tiap ide perbaikan tentu menjumpai rintangan. Seperti juga yang dirasakan oleh PJB. Menurut Toni, rintangan buat program improvement di organisasinya ialah bagaimana memperoleh loyalitas manajemen serta membuat taktik komunikasi yang efisien serta meliputi semua divisi, supaya mereka memberikan dukungan program-program CI yang akan digerakkan. Contohnya, di saat penerapan FMEA untuk sisi dari Pemeliharaan Optimization Program (MOP). "Dalam soal ini, manajemen harus dapat memberikan keyakinan karyawan jika CI serta Lean Six Sigma bukan pekerjaan penambahan yang akan memberatkan mereka atau berlawanan dengan proses usaha yang sudah ada, " kata Toni.

Rintangan yang lain, menurut Toni, ialah pemahaman karyawan yang memandang PJB sekarang sudah sampai pucuk performanya serta jadi yang paling baik di group PLN, hingga beberapa dari mereka memandang perform skema sekarang cukup bagus serta tak perlu lakukan improvement selanjutnya, PJB tetap jadi yang paling baik. Dalam soal ini, manajemen harus memberikan keyakinan karyawan jika keadaan bersaing makin intensif serta PJB masih mempunyai celah-celah untuk bertambah lebih baik lagi.

Hasil Impresif di PJB
Sekarang PJB cukup senang dengan hasil sudah dicapai dari beberapa program improvement yang digerakkan di beberapa faktor skema manajemen serta proses usaha. Menurut Toni, karena CI, PJB dapat berkompetisi serta masuk dalam kelompok "Emerging Industry Leader" serta memperoleh nilai baldrige paling tinggi di PLN Grup dengan nilai 586. Hasil yang didapatkan dari beberapa project yang sudah digerakkan dapat disebut cukup relevan. Sejumlah besar stakeholder, terutamanya beberapa share-holder serta karyawan berasa cukup senang dengan dari hasil apa yang sudah mereka usahakan bersama-sama . Toni menyaksikannya dari ketertarikan karyawan dalam tiap proses intensifikasi CI yang dilaksanakan oleh direksi, dan animo sharing holder pada performa PT PJB.

Tentang perolehan yang terkait dengan finansial serta penghematan ongkos, kecuali dua project juara penghargaan di atas, ada banyak project improvement lain yang sukses memberi potensi mengirit ongkos yang cukup banyak. Beberapa project itu diantaranya:

Pemercepatan General Inspection + Repair Generator di Unit Pembangkit (UP) Cirata, memberi penghematan sebesar 9, 8 miliar/tahun.
Tingkatkan keandalan Vacuum Kondesor di UP Muara Karang, penghematan sebesar 5, 7 miliar rupiah/tahun.
Kenaikan kualitas Overhaul pada Serious Inspection untuk meningkatkan efektivitas Unit di UPHT yang memberi penghematan 20, 7 miliar rupiah/tahun.
Turunkan Masalah Daya Dapat (EFDH) karena Masalah Perlengkapan di UP Paiton, dengan penghematan beberapa 5, 1 miliar rupiah/tahun.
Dalam jalankan ide CI, PJB bekerja bersama dengan beberapa pegiat serta konsultan dari faksi ke-3. Spesial proyek-proyek yang terkait dengan Lean Six Sigma, perusahaan itu dikawal oleh SSCX International yang sudah mempunyai pengalaman panjang berkaitan cara itu dan penerapannya di beberapa industri.

Taktik Perbaikan untuk Hasil yang Bertahan Lama
Saat diberi pertanyaan tentang taktik yang dipakai untuk menjaga hasil improvement, Toni menerangkan jika PJB memutuskan sasaran-target perbaikan jadi sisi dari kontrak performa unit kerja untuk menggerakkan tiap unit menjaga prestasi yang sudah dicapai. "CI dalam proses usaha bisa diukur dengan Maturity Level, " jelas Toni. "Hasil yang diinginkan akan diputuskan untuk sasaran performa yang akan dilihat di setiap semester. Demikian dengan CI dalam proses kerja, yang dituangkan dalam Karya Pengembangan yang akan diawasi tiap semester."

PJB adalah salah satunya perusahaan yang sudah masuk step kedewasaan dalam penerapan cara continuous improvement. Bagaimana dengan perusahaan yang baru? Mungkinkan jalankan ide CI serta mendapatkan hasil relevan? Buat perusahaan yang baru mengawali ide improvement, Toni mempunyai beberapa pendapat, "CI harus diawali pada loyalitas oleh pimpinan paling tinggi, serta dibantu oleh skema rencana yang baik, pantauan, penilaian serta animo hingga seluruh pihak menjalankannya dengan percaya serta suka-rela, " tuturnya. Disamping itu, juga penting untuk lakukan benchmark hasil improvement dengan beberapa perusahaan lain, untuk lihat seberapa jauh hasil yang sudah diraih serta cari sela perbaikan di ruang yang lain. Menurut Toni, pertemuan serta pertandingan seperti Opexcon benar-benar berguna serta menolong dalam proses benchmarking. Komunitas itu jadi fasilitas yang pas untuk best practices share hingga perusahaan-perusahaan di indonesia makin maju serta dapat beraksi dalam masa kompetisi global.

Comments

Popular posts from this blog

Kecelakaan di Tempat Kerja Dijelaskan

Bagaimana Mendesain Booth Pameran Dagang Anda

Panduan Anda Untuk Kebangkrutan Dan Pajak